tepat di mataku
semesta menciptakan karya
setetes embun berkaca-kaca
yang tak pasti senyumnya
tepat di matamu
bukan aku
memaksaku meronta
menelan getirnya darah
yang haus pada keabadian
merenggut rumput
menarik paksa tubuhku
yang terikat pada kesempurnaan
bukan aku
berteriak lirih
seakan mendekap dingin
berlinang pedih
pada seonggok batu pasir
yang terpaksa menolak kelembutan
bukan aku
merampas kesedihan dalam tawa
bergurau pada air mata
sungguh, bukan aku
temukan aku
yang menoreh senyum palsu
menopang lemah keyakinan
di balik tirai kemunafikan