Senin, 18 Oktober 2010

..lihatlah..


tepat di mataku
semesta menciptakan karya
setetes embun berkaca-kaca
yang tak pasti senyumnya

tepat di matamu
bukan aku
memaksaku meronta
menelan getirnya darah
yang haus pada keabadian
merenggut rumput
menarik paksa tubuhku
yang terikat pada kesempurnaan

bukan aku
berteriak lirih
seakan mendekap dingin
berlinang pedih
pada seonggok batu pasir
yang terpaksa menolak kelembutan

bukan aku
merampas kesedihan dalam tawa
bergurau pada air mata
sungguh, bukan aku

temukan aku
yang menoreh senyum palsu
menopang lemah keyakinan
di balik tirai kemunafikan

terdiam

lidahku kaku,
mulutku mendesis bisu,
terpekik aku dalam gaungan..
aku diam!

telingaku menawarkan tuli,
mataku menatap teliti,
terpana aku dalam tatapan..
aku diam!

tanganku menggenggam lemah,
kakiku menopang lelah,
terkulai aku di jalanan..
aku,
diam!

pikirku tertidur lelap,
tubuhku berbaring sekejap,
terjaga aku dalam lamunan..
dan aku,
tetap diam!

tarian angin

 

langit hitam,
angin bergemuruh tak tenang..
awan pun tak tersenyum senang..

aku,
berdiri,
tetap menyanyi dengan melodi bidadari..
dan
hey....aku menari..
berdansa dengan tiupan angin kencang..

ku ikuti langkah kaki ku
semakin cepat,
dan semakin terbang bersama angin..

aku terhanyut larut
dalam merdu alunan gemuruh angin
yang semakin menyatu dengan irama ku..

aku dimana?
tak ku rasakan lagi ayunan tangan dan kaki ku..
angin semakin liar membawa ku berdansa..

akankah aku berhenti?
kurasa tidak..

terlalu jauh aku dibawanya,
hingga ku sadar,
jiwaku telah menyatu
dengan angin itu..

angin yang tak terlihat,
namun tetap lincah berdansa..
walau langit dan awan tak bersahabat dengannya..